The Thief and Baker; Menang Juara 1 Storytelling Di Lomba UHAMKA English Festival 2012
Sedari kecil, saya sering mengamati teman-teman saya yang aktif mengikuti perlombaan antar sekolah, lombanya beragam, mulai dari cerdas cermat sampai olahraga. Pada waktu itu, terbesit keinginan dalam diri untuk berdiri sejajar dengan mereka, ingin rasanya mendapatkan kesempatan pengalaman berkompetisi dengan siswa lain dalam perlombaan dan memenangkannya.
Keinginan itu terus saya simpan sendiri dan tak pernah sekalipun saya utarakan pada teman yang lain. Saya khawatir alih-alih mereka mendukung, mereka malah mencela karena saya memang belum memiliki sederet prestasi di bidang apapun.
Lomba pertama kali yang saya ikuti itu lomba bercerita dalam bahasa Inggris, dalam bahasa Inggris kita mengenalnya dengan nama "Storytelling". Saya memulai berpartisipasi lomba storytelling ketika saya kelas tiga SMA, saat itu saya bergabung di ekstrakulikuler English Club sekolah. Melalui eskul ini, saya berlatih kemampuan komunikasi dalam bahasa Inggris, saya ucapkan terimakasih banyak pada tutor saya di English Club, Mr.Dindin. Beliau telah mengajari saya mengenai bahasa Inggris selama di eskul ini, big thanks ya pak. :)
Ceritanya, sekolah kami mendapatkan undangan lomba, dalam undangan tersebut, ada banyak lomba, diantara semua lomba itu, ternyata ada lomba storytelling, saya memberanikan diri untuk mengajukan diri untuk ikut berpartisipasi menjadi peserta lomba storytelling.
“The journey of a thousand miles begins with a single step.” - Lao Tzu
Belum berprestasi bukanlah alasan untuk mundur menyerah tidak ikut lomba, bukankah kelak prestasi itu bisa kita raih begitu kita memulai perjalanan pertama kita? Keberanian mengambil keputusan untuk mencoba kesempatan pertama mengikuti lomba adalah suatu keharusan kalau kita ingin menseriusi mimpi untuk memenangkan prestasi, mimpi itu hidup dan terus mendekat pada kita asalkan kamu berusaha terus mengejar mimpi itu.
Hari pelaksanaan lomba pun dimulai, saya mendapatkan kesempatan pertama maju. Kala itu, dalam pikiran saya, storytelling itu ya bercerita sebagaimana adanya kita bercerita pada teman dan orang-orang terdekat kita, memang ada benarnya, namun ketika peserta lain maju, mereka banyak yang menggunakan media untuk memperkuat isi cerita sehingga juri dan penonton lainnya ikut terhipnotis masuk ke dalam ceritanya seolah mereka adalah tokoh utama dalam cerita tersebut. Hasilnya? Saya kalah dalam percobaan pertama saya. Well, never mind, tak apa, setidaknya saya tahu bagaimana atmosfer kompetisi di perlombaan seperti apa.
Pengalaman pertama itu masih membekas hingga saya kuliah, ceritanya ketika saya menjadi mahasiswa semester dua, himpunan mahasiswa bahasa Inggris kami atau kami sering mengenalnya dengan nama English Student Association (ESA) UHAMKA mengadakan festival bahasa Inggris, dalam festival itu, ada banyak lomba, mulai dari lomba pidato, debat, storytelling, scrable, sampai akustik pun ada. Well, saya pun memutuskan untuk ikut lomba storytelling untuk kedua kalinya.
Belajar dari pengalaman sebelumnya di kelas tiga SMA, saya harus memperbaiki penampilan performance bercerita saya ketika di depan panggung, saya harus menggunakan media, melantangkan suara, menjiwai tiap karakternya, menyediakan media yang mendukung cerita, dan tentunya percaya diri. :)
Poin terpenting dalam ceritanya selain kriteria yang saya sebutkan sebelumnya adalah memilih cerita yang tepat. Pada titik inilah saya menemukan kendala, saya kesulitan untuk menemukan cerita yang cocok, kebanyakan cerita dalam bahasa Inggris ya itu itu saja, dalam artian kita sebagai pencerita punya keterbatasan untuk memilih judul ceritanya karena penulis ceritanya hanya menyediakan cerita yang sesuai dengan genre yang mereka sukai dan bukan genre yang sesuai dengan kita, pencerita. Solusi yang terlintas kala itu adalah membuat cerita saya sendiri.
Cerita yang saya buat sendiri ini, saya beri judul "The thief and baker". Kira-kira seperti ini ceritanya:
The thief and baker
Kisah ini menceritakan tentang dua kakak beradik yang begitu miskin karena orangtuanya sudah tiada, mereka harus bekerja apapun supaya ia bisa makan, tapi seperti yang kamu ketahui, ada kalanya takdir tak mengasihani kedua kakak beradik ini, jadi mereka terpaksa mencuri makanan di toko roti. Si kakak namanya Riku, dan adiknya bernama Sora.
Suatu hari, Sora kelaparan, Riku tak tega melihat adiknya menderita menahan lapar, meski ia sendiri pun sama laparnya seperti adiknya, namun ia ingin mendahulukan kebutuhan adiknya, ya, seperti itulah naluri seorang kakak, ia rela melakukan apapun untuk melindungi si adik.
Disini Riku menemukan hambatan, tidak ada orang yang mau mempekerjakan anak kecil karena memang pemerintah tempatnya tinggal melarang pemilik toko atau pun pengusaha lainnya mempekerjakan anak dibawah umur, karena regulasi itu, Riku tidak punya pilihan selain mencuri makanan di salah satu toko yang ia temui nanti begitu ia sampai di kota.
Setelah sekian lama ia berjalan, di tengah kota yang begitu ramai, ia melihat ada toko roti yang kelihatannya menjajakan roti-roti enak dan lezat. Ia pun bergegas masuk ke dalam toko itu, tepat seperti dugaannya, toko itu begitu ramai, sebegitu ramainya si pemilik toko sampai kewalahan untuk melayani pelanggan yang datang ingin membeli rotinya, ini kesempatan yang bagus untuk mengendap-endap dan mengambil roti sebanyaknya tanpa ketahuan, begitu pikir Riku kala itu. Ketika si pemilik roti sedang lengah, tangan Riku dengan sigap mengambil roti satu persatu dengan cekatan, ia membawa sepuluh roti ditangannya, ketika ia hendak kabur melewati pintu depan, beberapa roti yang dipegangnya jatuh karena ia menabrak pelanggan yang masuk ke toko, si pemilik toko itu pun menyadari kalau rotinya dicuri, melihat kondisi yang tidak menguntungkan itu, Riku langsung memunguti roti yang jatuh sekenanya dan langsung berlari dengan kencang supaya ia tak tertangkap, si pemilik roti pun mengejar Riku, ia terus mengejar hingga jauh, jauh, jauh sekali dari tokonya, namun karena Riku berlari lebih cepat darinya, si pemilik roti itu pun menyerah dan kembali ke tokonya.
Riku pun segera kembali ke Riverside, desa kecil di pinggiran kota Kansas tempat mereka tinggal. Riku dengan senyum lebarnya langsung berjalan senang menuju rumah kecilnya, Sora pasti senang kalau bisa makan roti seenak ini, begitu pikirnya.
Ketika ia sampai di depan rumah, Sora menyambutnya, namun Sora merasa heran darimana kakaknya membawa roti-roti besar, enak, dan lezat itu? Padahal ia tahu kalau tidak ada pekerjaan lagi mulai bulan ini karena pemereintah setempat membuat regulasi yang membatasi mereka berdua. Sora pun menanyai kakaknya perihal itu, sontak, Sora langsung marah dan melempar roti itu ke wajah Riku dengan kerasnya. Sora tidak suka kalau ia makan barang curian, ia lebih memilih kelaparan dibanding harus makan sesuatu yang bukan miliknya, lebih baik mencari orang baik yang mau melawan regulasi pemerintah setempat untuk memberinya pekerjaan ringan dan mudah sesuai umurnya dibanding berurusan dengan orang-orang berwenang yang bisa menetapkan hukuman seenaknya pada orang-orang miskin desa karena mencuri beberapa potong roti yang tidak merugikan negara sama sekali tapi harus dipenjara belasan tahun di jeruji besi.
Sora pun memaksa kakaknya untuk mengembalikan roti-roti itu ke pemiliknya, Riku tidak punya pilihan selain menuruti kemauan adiknya, ia tahu kalau Sora sudah bertekad mengenai apa yang ia yakini, ia tidak bisa dicegah.
Mereka berdua pun berjalan kembali dari Riverside menuju Kansas. Perjalanannya menempuh waktu se-jam bila ditempuh dengan berjalan kaki. Riku pun menunjukkan arah yang ia lewati menuju toko roti yang ia datangi sebelumnya, mereka berdua pun sampai, toko itu tidak seramai sebelumnya karena pemiliknya sudah bersiap-siap mau menutup tokonya, mereka berdua pun menghampiri pemilik toko itu untuk meminta maaf atas perbuatan mereka, si penjaga toko memang sebelumnya kesal dengan ulah Riku, namun setelah Sora menjelaskan alasan sebenarnya kenapa kakaknya terpaksa melakukan perbuatan tidak baik itu, si pemilik toko pun mau memahami dan memaafkan perbuatan Riku.
Ketika mereka berdua hendak pamit dari toko roti itu, si pemilik toko memanggil mereka kembali, Sora dan Riku bingung, bukankah urusan mereka sudah selesai? Si pemilik toko itu pun berbaik hati mengusulkan untuk mengadopsi mereka sebagai anaknya, dengan begitu, mereka berdua bisa bekerja membantu si pemilik toko agar bisa melayani pelanggan lebih banyak lagi dan tentu saja, regulasi itu tidak berlaku kalau status Sora dan Riku adalah anak dari pemilik toko. Mulai hari itu, kehidupan Sora dan Riku berubah perlahan membaik, mereka giat bekerja membantu ayah angkatnya di toko roti, dan mereka bertiga pun hidup bahagia.
End
Saptian (kiri, yg baju coklat) dia yang buatin desain gambar cerita, Saya (kanan) |
Bagaimana cerita hasil buatan saya? Menarik kah? Saya juga dibantu teman-teman sekelas untuk membuat medianya, namanya Saptian Arif Wahyudi, ia yang membuat desain gambarnya yang bisa saya gunakan untuk bercerita di depan juri dan penonton lainnya.
Fajar (tengah), di sebelah kanannya ada yogi, paling kanan itu Faiz - Thanks buat bantuan kalian ya :) |
Ada juga Yogi, Fajar, dan Faiz yang membantu saya dalam menguasai naskah yang sudah saya buat, mereka memberi banyak masukan yang bagus untuk memperbaiki penampilan performance bercerita saya. Thanks ya semuanya. :)
Setelah semua peserta menampilkan ceritanya, kami pun menunggu hasil pengumuman lombanya. Tidak begitu lama kemudian, panitia memberi tahu kami, peserta storytelling untuk masuk kembali ke aula untuk mendengar hasil penjurian siapa yang mendapatkan juara satu, dua, dan tiga.
Oh well, disini bagian yang bisa ngebuat peserta deg-degan. Ew :). Gimana enggak nervous, semua peserta pastinya berharap satu hal, yakni kemenangan. Dan juri pun mengumumkan hasilnya, juara pertama diraih oleh saya. Juara kedua berhasil diraih oleh Asep, dan juara ketiga berhasil diraih oleh Widya.
Saya sangat senang sekali kala itu, gimana enggak seneng. Ini lomba pertama yang saya menangkan setelah gagal berkali-kali. Lomba ini pula yang kelak memotivasi saya untuk giat mengukir prestasi lainnya. Oh iya, kalau kamu perhatikan, di judul artikel ini ada tulisan tahun "2012" setelah kata "English Festival", itu berarti cerita ini ada di tahun 2012, dan saya baru bisa menuliskannya sekarang. Saya harap cerita ini bisa memotivasi pembaca untuk ikut berprestasi di bidang yang kalian sukai ya. :)
Sekian cerita kali ini, semoga menginspirasi.:)
Support Daily Blogger Pro
4 komentar
Dikelas? Disuruh guru bahasa Inggrisnya ya? Trus kalian latian mati-matian sampe pulang sore buat ngapalin dialog, sama cara memerankan tokoh beserta unsur cerita lainnya dan ketika sudah tampil, ami sama kelompoknya nagih nilai ke gurunya. Hehe :D
Lo kan bantuin juga waktu itu. Thanks ya.