Sunday Productive: Nongkrong Seru Di Coffee Toffee Margonda Depok Ngobrolin Literasi Di Indonesia
Tahu YOUCAN Indonesia? Mereka adalah komunitas yang bergerak untuk mengembangkan potensi pemuda di Indonesia. Januari lalu, YOUCAN ID mengadakan event literasi yang menghadirkan para pegiat literasi yang ada di Indonesia, para pembicara yang diundang dalam event ini kebanyakan adalah pendiri dari taman baca masyarakat yang aktif menghimpun donasi buku demi meningkatkan partisipasi literasi di Indonesia.
Demi mewujudkan masyarakat Indonesia yang melek literasi, YOUCAN ID mengajak teman-teman pemuda sekalian untuk turut aktif menyumbang buku dan berdiskusi dengan para pegiat literasi secara langsung dalam event yang mereka adakan di Coffee Toffee, Margonda, Depok, bulan lalu.
Syarat ikut event ini terbilang mudah, saya hanya harus membawa satu buku sebagai tiket masuknya, tapi berhubung koleksi buku yang sudah saya baca ada banyak, yasudah, saya membawa banyak buku untuk didonasikan dalam event itu.
Sesuai tagline dalam event ini: "Literasi untuk peningkatan aktualisasi diri hingga ke pelosok negeri." Maka relevan rasanya kalau YOUCAN menghadirkan pembicara yang fokus menangani isu literasi, mereka adalah; Nur Anugerah (Founder Sedekah Buku Indonesia), Dita Anitya Iskaningtyas (Founder Peduli Buku), Suherny Yoe (Founder Jelajah Buku), dan Dewi Nurpitriyani (Founder Buka Buku Matagara).
Langsung saja ke inti pembahasan, konten yang dibahas bersama partisipan yang hadir dalam bincang literasi itu adalah peningkatan literasi di pelosok negeri, mengumpulkan buku yang sesuai dengan usia taman baca masyarakat, proses pengiriman buku ke pelosok negeri, dan cara pendekatan ke masyarakat dalam pengenalan literasi.
Pertama, bagaimana cara menghimpun sumber bacaan lebih banyak lagi untuk adik-adik kita yang semangat belajar di pelosok negeri? Dari pertanyaan ini, YOUCAN mengadakan event diskusi literasi dan donasi buku, alih-alih hanya sekedar memberikan buku terus pulang, YOUCAN mengajak partisipan donator buku untuk ikut dalam diskusi yang telah mereka siapkan supaya para peserta teredukasi mengenai fakta dan tantangan peningkatan literasi di Indonesia saat ini.
Beruntungnya, sekarang sudah ada program pengiriman buku gratis setiap tanggal 17 tiap bulannya melalui pos Indonesia, itu berarti, satu kendala pengiriman buku sudah teratasi, kendala lainnya adalah ketika buku tersebut sampai ke daerah, petugas pos butuh waktu lebih lama untuk sampai ke lokasi tujuan karena akses jalannya terbilang susah, bisa menghabiskan waktu berminggu-minggu atau lebih dari sebulan, depends on the place.
Kedua, setelah buku terkumpul, kita harus menyortir bukunya lho. Buat apa? Biar pembacanya tertarget sesuai usia, dengan begitu, pembacanya juga bakalan lebih mudah memahami konten bacaannya. Dari hasil diskusi yang saya simak, ada beberapa penerbit yang menyertakan label usia pada tiap buku, tentu hal ini memudahkan para pegiat literasi di TBM.
Namun, kadang kala tidak ada label umurnya, oleh karenanya, para pengurus di TBM harus membaca bukunya terlebih dahulu sebelum si anak membaca buku tersebut, hal ini dilakukan untuk mencari tahu apakah konten bukunya sesuai untuk anak umur sekian, dan apakah ada konten yang tidak boleh dikonsumsi oleh pembaca yang usianya masih kecil.
Ketiga, kalau di lokasi yang ingin kita sumbangkan buku sudah ada TBM-nya, itu tentunya mempermudah kita, bukan? Beda halnya kalau belum ada, kita harus membuatnya terlebih dahulu, dan lagi-lagi, mencari orang yang mau menjadi pengurus TBM itu susah-susah gampang lho guys (Read: Ini pernyataan dari pembicara ya, bukan gue. >_< ). Iya susah, soalnya kan sifatnya sukarela.
Kendala lainnya adalah mempertahankan TBM yang sudah ada, TBM kalau enggak ada pengurusnya bisa mati, begitu pula kalau enggak ada anak-anaknya juga bakalan berhenti, so, isu ini juga penting ditangani oleh para pegiat literasi. Solusinya, harus dapetin orang yang mau jadi pengurus TBM secara sukarela, ada pembinaan dari pegiat literasi supaya pengurus TBM-nya bisa mengadakan banyak event yang bisa menggaet banyak anak-anak biar setia baca di TBM atau setidaknya mempertahankan yang sudah ada.
Inovasinya bisa dengan menceritakan kembali buku yang sudah dibaca, lalu diupload ke sosial media, Taman Baca keliling, atau bisa juga mengadakan lomba-lomba menarik yang bisa membuat peserta TBM makin seneng dan suka membaca.
Last but not least, saya pikir, seru sih bisa ikutan event kaya gini, selain saya bisa berkontribusi lewat donasi buku yang saya punya, saya juga mendapat edukasi mengenai isu literasi terkini. Kalau kalian sunday productive-nya selama januari dan februari ini ngapain aja guys?
Support Daily Blogger Pro
3 komentar
btw,untuk ikut event itu kudu nyumbang 1 buku sebagai donasi?